MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR "MANUSIA PENUH DENGAN PENDERITAAN"
ILMU BUDAYA DASAR
“ MANUSIA PENUH DENGAN PENDERITAAN “

NAMA :
Agung Dwi Saputra
NPM :
50418292
KELAS :
1IA03
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan
penderitaan. Baik itu ringan atau berat. Hidup tidaklah selalu bahagia tuhan
memiliki caranya sendiri untuk mengukursebarapa kuat iman kepadanya. Hidup di
duniapun tidak selalu menderita, sedih, ataupun susah. Terkadang saat manusia
terlalu terbuai dengan kesenangan duniawi manusia akan melupakan
batasan-batasan yang ada sehingga tuhan akan memberikan cobaan untuknya yang
membuatnya menderita. Penderitaan selalu datang tak terduga, manusia takkan
pernah tau kapan , jam berapa, menit keberapa, dan detik keberapa penderitaan
akan datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya perlu menjalani hidupnya dengan
sebaik baiknya dengan aturan yang berlaku dan sesuai kepercayaan yang ia anut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas :
1. Pengertian penderitaan dan sebab nya .
2. Pengertian ketakutan dan phobia.
3. Pengertian siksaan .
4. Siksaan yang bersifat psikis .
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas :
1. Pengertian penderitaan dan sebab nya .
2. Pengertian ketakutan dan phobia.
3. Pengertian siksaan .
4. Siksaan yang bersifat psikis .
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari penderitaan .
2. Untuk mengetahui penyebab penderitaan
3. Untuk memahami pengertian dari siksaan .
4. Untuk mengetahui siksaan yang bersifat psikis dalam kehidupan manusia .
1. Untuk memahami pengertian dari penderitaan .
2. Untuk mengetahui penyebab penderitaan
3. Untuk memahami pengertian dari siksaan .
4. Untuk mengetahui siksaan yang bersifat psikis dalam kehidupan manusia .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari
kata derita, derita berasal dari bahasa sansekerta, dhra yang berarti menahan
atau menanggung. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa indonesia derita artinya
menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak menyenangkan. Dengan demikian merupakan
lawan kata dari kesenangan ataupun kegembiraan.[1]
2.2 Penderitaan
& sebab-sebabnya
Apabila dikelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab
timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi sebagai berikut :
1.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia
dapat terjadi dalam hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Karena perbuatan
buruk antara sesama manusia maka manusia lain menjadiderita. Perbuatan buruk
manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Kesadaran
itu baru timbul setelah musibah yang membuat manusia menderita.
2. Penderitaan yang
timbul akibat penyakit,siksaan/azab Tuhan
Penderitaan manusia
dapat juga terjadi akibat penyakit/siksaaan/azab Tuhan. Namun kesabaran,
tawakal, & optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi
penderitaan itu.
2.3
Jenis Kesedihan
Yang jelas, setiap kesedihan membawa tantangan tersendiri untuk
dihadapi. Di bawah ini beberapa contoh musibah atau kesedihan yang dapat
melahirkan reaksi berbeda-beda dan bagaimana seharusnya Anda bertindak.
*
Kehilangan orang tua
Hubungan
kita dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab itu
pasangan diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misalnya dengan
berusaha menggantikan posisinya demi mendukung pasangan. Antara lain dengan
cara selalu berada di dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap
membantunya.
* Keguguran
Kehamilan merupakan suatu hal yang
dinanti-nantikan bagi banyak pasangan dan juga merupakan suatu kebahagian
tersendiri. Tetapi sayangnya rencana tidak selalu berjalan mulus. Masalah
genetika/keturunan mungkin dapat menyebabkan pasangan susah mendapatkan anak
atau selalu keguguran. Secara naluri, seorang ibu akan merasa lebih kehilangan
dibanding pasangannya.
Tapi sebaliknya, sebagai pasangan dan seorang laki-laki pada umumnya, mereka berjuang untuk menahan emosi terdalamnya. Bagaimanapun juga, sebagai ayah merasa kehilangan merupakan kesedihan juga. Dengan sedikit dukungan atau pengertian, mereka akan dapat menghadapinya.
* Kehilangan anak
Jika bayi sudah lahir dan kemudian dalam beberapa
bulan kemudian dipanggil Yang Maha Kuasa, ibu umumnya akan memiliki perasaan
seolah-olah menyalahkan dirinya dan terus bertanya-tanya apa kesalahan yang
telah diperbuatnya sehingga buah hatinya meninggalkannya untuk selamanya. Nah,
umumnya pasangan mencoba untuk memberikan dukungan yang rasional. Tapi
bagaimanapun juga, keduanya harus berusaha keras dengan tidak mencoba mencari
jawaban atau mencari penyebabnya sehingga hal itu terjadi.
Mayoritas orang berpendapat sama, bahwa kehilangan anak merupakan suatu penderitaan dan kesedihan yang sangat besar yang harus dihadapi. Orang tua umumnya merasa sangat syok, mereka berdua akan sangat menderita dan menjadi sulit untuk menerima keadaan. Hal ini akan menyulitkan mereka untuk mengatasi proses penderitaan. Bisa saja, yang satu jadi sangat sensitif dan lainnya jadi gampang marah. Akibatnya, hubungan suami-istri jadi memburuk.[2]
Study kasus
Beberapa bulan lalu
Jakarta Ibukota negara ini dilanda banjir besar, diperkirakan sekitar 2/3
wilayah jakarta tergenang air yang membuat warga jakarta dan sekitarnya
mengalami penderitaan, penderitaan yang dialami warga Jakarta dan sekitarnya
pada saat banjir antara lain hilangnya harta benda karena terbawa arus air,
perjalanan terganggu karena disebagian jalan protokol di Jakarta dan sekitarnya
juga tergenang air, mengalami pemadaman listrik sampai matinya alat
telekomunikasi dan internet serta tidak bisa melakukan aktivitas karena
kantor-kantor juga tergenang banjir, sampai pada tingkat yang mengenaskan yaitu
hilangnya nyawa karena banjir itu sendiri. Badan Koordinasi Nasional (Bakornas)
Penanganan Banjir menyatakan data korban meninggal karena banjir di DKI Jakarta
dan Jawa Barat mencapai 67 orang. "Mereka tewas karena tenggelam dan
terseret arus," ujar Pelaksana Tugas Deputi Kesiapsiagaan Bakornas, Sugeng
di Jakarta, Jumat (9/2) malam.[3]
Banjir ini disebabkan meluapnya sungai dan
kali di Jakarta akibat curah hujan yang tinggi dan mampetnya sungai karena
banyaknya sampah
2.4 Siksaan
Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan.
Baik fisik ataupun jiwanya.Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture)
digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan
kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik
secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap
seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi,
atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat
disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara
interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai
metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap
sebagai ancaman bagi suatupemerintah. Masalah siksaan jiwa atau rohani (psikis)
yang akan diuraikan dalam Ilmu Budaya Dasar, antara lain :
a. Kebimbangan
Kebimbangan
pasti akan dialami ketika seseorang dihadapkan oleh dua pilihan yang penting
yang ia tidak dapat menentukan pilihan yang mana yang akan diambil.
Pada kasus banjir di Jakarta, banyak warga Jakarta mengalami
kebimbangan, apakah saat banjir datang mereka mengungsi atau tetap berada
dirumah sambil menunggu air surut, kebimbangan mereka antara lain disebabkan
kecemasan akan aman atau tidaknya harta benda mereka jika ditinggal mengungsi,
karena di Jakarta banyak orang-orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan
dan disatu sisi bahwa jika mereka tetap tinggal di rumah, mereka juga cemas
jika banjir melanda rumah mereka berhari-hari dan ketersedian bahan makanan
akan habis bagaimana dengan anak-anak mereka. Inilah contoh kebimbangan yang
dialami warga Jakarta dan sekitarnya pada saat banjir melanda Jakarta dan
sekitarnya pada beberapa bulan yang lalu, keadaan ini berpengaruh tidak baik baik
orang yang lemah pikirannya, karena masalah kebimbangan akan lama dialami
olehnya sehingga siksaan yang dirasakan olehnya pun menjadi berkepanjangan.
Bagi orang yang kuat berfikir ia akan cepat mengambil keputusan dengan
berdasarkan pertimbangan prioritas, prioritas pada kasus banjir di Jakarta dan
sekitarnya adalah nyawa mereka dan anak-anak mereka bukan harta benda, karena
harta benda dapat dicari / dibeli kembali tetapi nyawa mereka dan anak-anak
mereka tak dapat kembali lagi.
b. Kesepian
Kesepian
dialami seseorang berupa rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya, hal ini akan
terus ia rasakan walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.[4] Ini
yang perlu dianalisa pertama kali. Perbedaan antara kesepian dengan
kesendirian. Kesepian itu perasaan sepi. Sendirian itu ketika seseorang dalam
keadaan sendiri. Kesepian bisa berarti seperti “tikus kelaparan di
lumbung padi”. Banyak orang di sekitarnya tetapi tetap merasa sepi.
Sedangkan sendirian dalam keadaan sendiri, tetapi tidak merasa sepi.
Pada kasus tsunami di Aceh pada Tanggal 26
Desember 2004, banyak orang Aceh yang mengalami kesepian, kesepian ini
dikarenakan banyak orang-orang Aceh ditinggal mati keluarga dan orang yang
mereka sayangi, mereka merasa kesepian bahkan sampai ada yang tak mau hidup
lagi, karena mereka beranggapan hidup mereka tidak beguna lagi tanpa
orang-orang yang mereka sayangi, hari-harinya mereka merasa kesepian walaupun
ditengah orang yang ramai menghibur dirinya.
Seperti juga kebimbangan, kesepian perlu
segera diatasi agar seseorang tidak terus menerus merasakan penderitaan batin.
Solusi yang kami tawarkan adalah :
1. Berfikir
positif, Yakinlah semua yang telah menimpah manusia adalah berasal dari
ketentuan Allah, ingatlah Allah SWT tidak pernah memberikan ujian yang melebihi
batas kemampuan manusia, berdoa dan kembali lebih mendekatkan diri kepada Allah
akan membuat hati (batin) tidak kesepian, karena Allah akan selalu bersama
manusia dikala senang / bahagian maupun dikala duka / menderita.
2. Sebagai homo
socius, seorang perlu kawan untuk menghilangkan rasa kesepian, orang itu perlu
cepat mencari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi yang dapat mengerti
dan menghayati kesepian yang dialami kawan lainnya.
3. Selain
mencari kawan, untuk menghilangkan rasa kesepian, seseorang juga perlu mengisi
waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa
kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam dirinya.[5]
c. Ketakutan
Ketakutan
(fobia) adalah kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak
realistis, sebagai respon terhadap keadaan eksternal
tertentu. Fobia adalah rasa ketakutan yang
berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat
kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang
pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering
dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa"
antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan
bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa
rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan
hewan kecil seperti kecoak atau tikus.
Sementara dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi
benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki
kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus
menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
fiksasi. Fiksasi adalah suatu
keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh
ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya.
Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang
sangat ekstrim seperti trauma bom,
terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya
mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian
harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran
pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi
dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar
"nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara
"mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak
diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang
secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon
negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan
intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon
tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu
sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak
produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.[6]
penyakit ketakutan (fobia) adalah
kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon
terhadap keadaan eksternal tertentu.
penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan.
penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka memiliki masalah.
penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan.
penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka memiliki masalah.
agorafobia
arti harfiah dari agorafobia adalah takut
akan keramaian atau tempat terbuka. secara lebih khusus agorafobia menunjukkan
ketakutan akan terperangkap, tanpa cara yang mudah untuk terlepas bila
kecemasan menyerang.
keadaan-keadaan yang sulit bagi penderita
agoraphobia adalah antri di bank atau pasar swalayan, duduk di tengah-tengah
bioskop atau ruang kelas dan mengendarai bis atau pesawat terbang. beberapa
orang menderita agorafobia setelah mengalami serangan panik pada salah satu
keadaan tersebut. yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan tidak pernah
mengalami serangan panik.
agorafobia sering mempengaruhi kegiatan sehari-hari, kadang sangat berat sehingga penderita hanya diam di dalam rumah.
pengobatan terbaik untuk agorafobia
adalah terapi pemaparan,
dengan bantuan seorang ahli, penderita mencari, mengendalikan dan tetap berhubungan dengan apa yang ditakutinya sampai kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut (proses ini disebut habituasi). psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan psikis yang melatarbelakangi terjadinya kecemasan.
dengan bantuan seorang ahli, penderita mencari, mengendalikan dan tetap berhubungan dengan apa yang ditakutinya sampai kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut (proses ini disebut habituasi). psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan psikis yang melatarbelakangi terjadinya kecemasan.
fobia spesifik
fobia
spesifik merupakan penyakit kecemasan yang paling sering terjadi.
beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan atau orang asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak. banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa. fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) baru timbul di kemudian hari. 5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan atau cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya.
beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan atau orang asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak. banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa. fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) baru timbul di kemudian hari. 5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan atau cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya.
sebaliknya, banyak pendeita penyakit
kecemasan yang mengalami hiperventilasi, yang menimbulkan perasaan
akan pingsan, tetapi mereka tidak pernah benar-benar pingsan.
penderita seringkali dapat mengatasi fobia
spesifik dengan cara menghindari benda atau keadaan yang ditakutinya.
terapi pemaparan merupakan sejenis
terapi perilaku dimana penderita secara bertahap dihadapkan kepada benda atau
keadaan yang ditakutinya. terapi ini merupakan pengobatan terbaik untuk
fobia spesifik.
psikoterapi dilakukan agar penderita memahami pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi terjadinya fobia spesifik.
psikoterapi dilakukan agar penderita memahami pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi terjadinya fobia spesifik.
fobia sosial
kemampuan
seseorang untuk menjalin hubungan yang serasi dengan yang lainnya melibatkan
berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan,
hobi, kencan dan perjodohan.
kecemasan tertentu dalam situasi sosial adalah normal, tetapi penderita fobia sosial merasakan kecemasan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial atau menghadapinya dengan penuh tekanan.
penelitian terbaru menunjukkan bahwa 13% penduduk pernah mengalami fobia sosial. [7]
kecemasan tertentu dalam situasi sosial adalah normal, tetapi penderita fobia sosial merasakan kecemasan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial atau menghadapinya dengan penuh tekanan.
penelitian terbaru menunjukkan bahwa 13% penduduk pernah mengalami fobia sosial. [7]
keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi
kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:
- berbicara di
depan umum
- tampil di depan
umum (main drama atau main musik)
- makan di depan
orang lain
- menandatangani
dokumen sebelum bersaksi
- menggunakan
kamar mandi umum. penderita merasa penampilan atau aksi mereka tidak tepat.
mereka seringkali khawatir bahwa
kecemasannya akan tampak, sehingga mereka berkeringat, pipinya kemerahan,
muntah, gemetaran atau suaranya bergetar; jalan pikirannya terganggu atau tidak
mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan maksud mereka.
jenis fobia sosial yang lebih umum ditandai dengan kecemasan pada hampir seluruh situasi sosial.
penderita fobia sosial menyeluruh biasanya
merasa bahwa penampilannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan
merasa terhina atau dipermalukan.
beberapa orang memiliki rasa malu yang wajar dan menunjukkan malu--malu pada masa kanak-kanak yang di kemudian hari berkembang menjadi fobia sosial. yang lainnya mengalami kecemasan dalam situasi sosial pertama kali pada masa pubertas.
fobia sosial sering menetap jika tidak
diobati, sehingga penderita menghindari aktivitas yang sesungguhnya ingin
mereka ikuti. terapi pemaparan merupakan sejenis terapi
perilaku yang efektif untuk mengatasi fobia sosial.
psikoterapi dilakukan agar
penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatarbelakangi
terjadinya fobia sosial.
Beberapa istilah sehubungan dengan
fobia :
§ hydrophobia — ketakutan
akan air.
§ photophobia — ketakutan
akan cahaya.
§ antlophobia — takut akan
banjir.
§ cenophobia — takut akan
ruangan yang kosong
2.5 Kekalutan Mental
Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi
mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya
mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan
ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur
dari satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental. Merupakan totalitas
kesatuan ekspresi proses kejiwaan/mental yang patologis terhadap stimuli
sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor kausatif sekunder lainnya (patalogi
= ilmu penyakit ).[8]
Secara sederhana, kekalutan mental dapat
dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akiba ketidak mampuan seseorang mengatasi
persoalan hidup yang harus dijalaninya, sehingga yang bersangkuan bertingkah
secara kurang wajar.
2.6
Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah
sebagai berikut :
1. nampak pada jasmani
yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
3. Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
4. Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social
5. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
6. Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
3. Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
4. Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social
5. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
6. Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
2.7 Tahap-tahap
gangguan jiwa :
1. Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
5. Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
6. Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
1. Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
5. Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
6. Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
2.8 Sebab-sebab timbulnya kekalutan
mental yaitu :
· Kepribadian yang lemah
atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah
diri, ( orang-orang melankolis)
· Terjadinya konflik sosial
– budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan
masyarakat.
· Pemahaman yang salah
sehingga memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial (overacting)
dan juga sebaliknya terlalu rendah diri (underacting).
Proses – proses yang diambil
oleh sesorang dalam menghadapii kekalutan mental, sehingga mendorongnya kearah
:
· Positif, bila
trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil
hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal,
tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu
4JJ1 SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.
· Negatif, bila
trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan
mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang
dicita-citakan.
Contohnya :
ü Agresi, yaitu :
Meluapkan rasa emosi yang tidak terkendali dan cenderung melakukan
tindakan sadis yang dapat mambahayakan orang lain.
ü Regresi, yaitu : Pola
reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan. (menjerit, menangis dll)
ü Fiksasi, yaitu :
Pembatasan pada satu pola yang sama (membisu, memukul dada sendiri dll)
ü Proyeksi, yaitu :
Melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang
lain.
ü Indentifikasi, yaitu :
Menyamakan diri dengan sesorang yang sukses dalam imajinasi, (kecantikan,
dengan bintang film .dll)
ü Narsisme, self love yaitu
: Merasa dirinya lebih dari orang lain.
ü Autisme yaitu : Menutup
diri dari dunia luar dan tidak puas dengan pantasinya sendiri.
Penderita kekalutan mental lebih banyak
terdapat dalam lingkungan ;
Ø Kota- kota besar yang
banyak memberikan tantangan hidup yang berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ø Anak-anak usia muda tidak
berhasil dalam mencapai apa yang dikehendakinya.
2.9 Penderitaan &
Perjuangan
Penderitaan dikatakan
sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa
manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita.
Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai
rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi
kesulitan hidupnya. Allah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan
tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha
merubahnya.
Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang menentukan hasilnya.
Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang menentukan hasilnya.
2.10
Penderitaan, media massa & seniman
Berita mengenai
penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat
radio, dengan maksud agar semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh
penderitaan manusia. Dengan demikian dapat mengunggah hati manusia untuk
berbuat sesuatu. Media massa adalah alat yang paling tepat untuk
mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada
asyarakat luas. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk
menentukan sikap anatara sesama manusia, terutama bagi mereka yang simpati.
Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui
karya seni, sehingga para pembaca dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari
karya tersebut.
2.11 Pengaruh Penderitaan Terhadap Kelangsungan Hidup Manusia
Penderitaan mungkin
akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang
timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative
misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh
diri. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa
hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari
penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Orang yang merasa dirinya menderita akan mendapat tekanan dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang banyak manusia yang ingin mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan dalam hidupnya. Ini terjadi di karenakan kekalutan mental. Kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacuan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya.
Orang yang merasa dirinya menderita akan mendapat tekanan dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang banyak manusia yang ingin mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan dalam hidupnya. Ini terjadi di karenakan kekalutan mental. Kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacuan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya.
2.12
Contoh-contoh penderitaan dan penyebabnya
Berdasarkan
sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi
menjadi 2 bagian sebagai berikut :
o Nasib buruk penderitaan ini karenakan perbuatan buruk manusia yang dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya. Perbedaan nasip buruk dan takdir adalah jika takdir di tentukan oleh tuhan sedangkan nasib buruk penyebabnya Karena ulah manusia itu sendiri. Contohnya : penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab tuhan. Namun dengan kesabaran dan tawakal dan optimise merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan tersebut.
o Kehilangan orang tua, setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya .tapi kesedihan Karena penderitaan diharapkan tidak berlarut larut karena semua manusia yang hidup pasti akan kembali kepada tuhannya.
o Kemiskinan , banyak orang yang mederita karena kemiskinan , merasa tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karena kan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan oleh tuhan.
o Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.
o Nasib buruk penderitaan ini karenakan perbuatan buruk manusia yang dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya. Perbedaan nasip buruk dan takdir adalah jika takdir di tentukan oleh tuhan sedangkan nasib buruk penyebabnya Karena ulah manusia itu sendiri. Contohnya : penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab tuhan. Namun dengan kesabaran dan tawakal dan optimise merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan tersebut.
o Kehilangan orang tua, setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya .tapi kesedihan Karena penderitaan diharapkan tidak berlarut larut karena semua manusia yang hidup pasti akan kembali kepada tuhannya.
o Kemiskinan , banyak orang yang mederita karena kemiskinan , merasa tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karena kan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan oleh tuhan.
o Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia menjalani kehidupan didunia ini akan
selalu mengalami dua hal yang selalu silih berganti antara kebahagiaan /
kesenangan dengan penderitaaan / kesusahan. Penderitaan atau kesusahan itu
merupakan ujian dari Allah SWT yang telah menciptakan manusia, penderitaan itu
dapat menimpah kepada dua aspek dari manusia yaitu aspek jasmani dan aspek
rohani, penderitaan dapat berupa siksaan yaitu kebimbangan, kesepian dan
ketakutan serta kekalutan mental yang dapat membuat manusia menderita. Manusia
akan lebih menghargai kebahagiaan kalau manusia itu pernah merasakan
penderitaan, karena ia merasakan bagaimana rasanya menderita dan ternyata
suatu penderitaan bukanlah sebuah hambatan untuk meraih kesuksesan atau
cita-cita, banyak kita temukan atau jumpai ternyata seseorang yang
menderita ternyata mempunyai semangat / kekuatan baru dalam menjalani
hidupnya (tahan banting), tergantung bagaimana seseorang tersebut mengambil
hikmah atau pelajaran dari segala bentuk penderitaan yang dialaminya, contohnya
: semula ia adalah seseorang yang hidup sangat sederhana, yang setiap waktu
biaya hidupnya hanya dari mengumpulkan barang-barang bekas, tapi berkat
keuletan dan semangatnya dalam menjalani hidup ternyata dilain waktu hidupnya
berubah, sekarang ia menjadi bos atau juragan, dan berubahlah hidupnya
sekarang, yang dahulunya penuh dengan kekurangan dan penderitaan menjadi serba
ada, dari contoh penderitaan diatas, ternyata sebuah penderitaan itu tidak
selamanya buruk, tergantung dari segi dan apa yang dapat kita ambil dari suatu
penderitaan tersebut.
3.2 Saran – saran
Penderitaan seharusnya tidak menjadi sebuah hambatan atau
bumerang dalam menjalani kehidupan, setiap langkah dalam hidup kita akan
dimintakan pertanggung jawaban oleh Allah SWT, untuk itu besar harapan dari
kami untuk bersama-sama mengintrospeksi diri serta mengambil pelajaran dari
setiap musibah dan penderitaan yang kita alami. Perlu diketahui bahwa Allah itu
memberi suatu cobaan sebatas kemampuan manusia itu sendiri. Dan setiap cobaan,
musibah dan penderitaan pasti semua ada hikmah yang dapat kita ambil, Serta
yang utama kita harus banyak-banyak bersyukur, serta melapangkan hati untuk
senantiasa ikhlas dalam menghadapi sebuah cobaan.
Penderitaan yang dialami manusia dapat diatasi dengan
cara banyak bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah
kepada manusia. Dan juga bersosialisasi dan mencari kawan tempat kita
mencurahkan permasalahan dan penderitaan kita serta penderitaan juga dapat
dikurangi dengan banyak melakukan aktivitas yang dapat menyibukan diri dan
melupakan penderitaan yang tengah kita alami, sehingga rasa kesepian tidak lagi
memperoleh tempat yang menyita waktu dalam diri.
DAFTAR PUSTAKA
Supartono W, Drs. 2004. Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Ghalia Indonesia
TEMPO Interaktif
Prof. Abdulkadir
Muhammad, S.H., 2011. Ilmu Sosial Dasar Umum. Bandung: Citra Aditya Bakti
Widyo nugroho dan achmad muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
Dewi Rosdyana. 2012. Makalah Manusia Dan Penderitaan.http://dewirosdyana.wordpress.com/ilmu-budaya-dasar/bab-1-manusia-dan-kebudayaan/. 1 Oktober 2013
Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah UniversitasGunadarma.Depok
Comments
Post a Comment